Senin, 07 Mei 2018

Bahaya, Penularan, dan Cara mencegah HIV dan AIDS


Assalamu'alaikum Wr Wb.

 
Saat ini, HIV dan AIDS adalah hal yang sudah tak asing lagi bagi telinga. Kita pasti sudah sering mendengar tentang penyakit HIV dan AIDS tersebut. Namun, banyak orang yang saat ini tidak tahu-menahu perbedaan penyakit HIV dan AIDS, bahkan menganggap kedua peyakit itu sama saja. Padahal, keduanya adalah penyakit yang berbeda. Nah, sebelum membahas tentang bahaya penularan dan cara mencegah terlebih dahulu kita perlu mengetahui beda HIV dengan AIDS, simak ulasannya berikut ini.

Apa itu HIV ?
HIV adalah akronim dari Human Immunodefieciency Virus yang awalnya merupakan virus dari simpanse Afrika Barat lalu kemudian secara bertahap menyebar ke seluruh dunia. Para ilmuwan sendiri berteori bahwa virus HIV ini telah ada di Amerika Serikat sejak pertengahan hingga akhir 1970an.
Saat masuk ke dalam tubuh manusia, virus HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga akan melemah yang kemudian bisa berdampak pada mudahnya terserang penyakit. Keadaan sistem kekebalan tubuh lemah dan mudah terserang berbagai penyakit seperti diare yang terus-menerus, TBC, sakit kulit, dll itulah yang disebut AIDS.
Ketika seseorang telah terjangkit HIV, virus tersebut akan tetap hidup selamanya di tubuh mereka. Sehingga, pertanyaan apakah HIV disembuhkan ingin diketahui banyak orang. Faktanya, saat ini belum ada penyembuhan dan pengobatan untuk menyembuhkan virus HIV, namun gejalanya bisa diredam dengan obat-obatan
 
Apa itu AIDS ?
AIDS adalah akronim dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jika diartikan secara perkata, makaAcquired berarti “didapat” dalam hal ini bukan dari keturunan, Immune yang berarti sistem kekebalan tubuh, Deficiency berarti kekurangan, dan Syndrome yang berarti sindrom penyakit dari kumpulan gejala. Jadi, defenisi dari AIDS sendiri adalah kumpulan dari berbagai gejala penyakit yang diakibatkan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri disebabkan oleh HIV (Human Immunodefieciency Virus)yang telah dijelaskan sebelumnya di atas, sehingga sudah jelaslah beda HIV dengan AIDS. Seseorang dapat dikatakan menderita AIDS ketika:
  • Sel CD4berada di bawah 200 (jumlah sel CD4 normal adalah antara 500-1600)
  • Memiliki satu atau lebih infeksi opportunistik, terlepas dari jumlah sel CD4 mereka
Jadi pada intinya Seseorang yang menderita AIDS cenderung terinfeksi berbagai penyakit karena sebelumnya telah terjangkit oleh HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sedangkan seseorang yang menderita HIV belum tentu ia menderita AIDS jika virus tersebut segera tertangani.

Cara Penularan
  1. Hubungan Seksual Tanpa Pengaman
Penularan atau penyebaran virus HIV yang terutama dan justru yang paling harus diwaspadai adalah lewat hubungan intim. Seseorang yang menderita atau sudah terkena infeksi virus HIV lalu kemudian berhubungan badan dengan pasangannya, maka pasangannya pun akan berisiko tinggi terkena infeksi virus yang sama.
Penularan virus lewat cairan dari organ intim sangat berbahaya dan kini kasus-kasus seperti ini angkanya pun semakin meningkat. Bahkan media ini pun juga dianggap yang paling gampang untuk menyebarkan virus HIV. Salah satu penyebabnya jelas adalah karena saking banyaknya tempat-tempat prostitusi baik itu yang sudah terang-terangan atau tempat yang terselubung.
Ketika penderita infeksi virus HIV berhubungan intim dengan pasangannya tanpa menggunakan pelindung alias kondom, risiko pasangan terkena infeksi pun jelas jauh lebih besar. Penularan dari hal ini tak hanya berpengaruh pada penjaja dan pencari seks, tapi orang-orang yang sebenarnya tak tahu-menahu atau tidak berdosa pun menjadi ikut getahnya.
Seperti misalnya saja seseorang yang sudah menikah, lalu ia mencari hiburan ke tempat-tempat prostitusi di mana kesehatannya tidak terjamin. Tak ada yang menjamin bahwa tempat tersebut bebas dari virus HIV dan sekalinya terkena infeksi virus, ia dapat menularkannya kepada sang pasangan resminya. Saat melakukan hubungan dengan pasangan resminya, otomatis pasangannya bisa ikut tertular.
  1. Berganti-ganti Pasangan Seksual
Seseorang yang datang ke tempat prostitusi lebih dari sekali lebih besar risikonya tertular HIV AIDS karena seringnya berganti-ganti pasangan saat berhubungan intim. Dengan seenaknya bergonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ini bakal memudahkan pelaku seks untuk terkena virus HIV yang entah berasal dari pasangan yang mana.
Perlu juga untuk diketahui bahwa penyebaran dan penularan virus HIV tak hanya dapat terjadi lewat hubungan seksual pasangan berlawanan jenis atau yang disebut juga dengan istilah heteroseks. Pasangan sesama jenis pun juga bisa mengalami penularan virus ini, yakni homoseks. Khusus pada pasangan homoseks, penularan mampu terjadi akibat dari hubungan lewat anus.
Pada pasangan sesama jenis atau homoseks, proses hubungan intim lewat anus ini bisa menjadi cukup mengancam. Ini karena pembuluh darah yang ada pada anus diketahui sangat gampang mengalami pecah atau ruptur. Jadi sewaktu salah satunya sudah terkena infeksi HIV, otomatis ini akan masuk ke pembuluh darah pasangannya secara lebih mudah.
  1. Transfusi Darah
Selain dari hubungan seksual dan gonta-ganti pasangan seksual, tentunya cairan darah adalah cara penularan berikutnya yang paling umum. Ketika virus HIV dapat masuk ke dalam sistem pembuluh darah, virus ini bakal mampu berkembang di bagian dalam tubuh manusia. Transfusi darah adalah contoh dari media penularan yang perlu diwaspadai.
Ketika seseorang sudah terkena infeksi virus HIV AIDS tapi tidak menyadarinya dan malah berani mendonorkan darah, ini akan berakibat buruk bagi pasien yang menerima darah dari pendonor tersebut. Transfusi darah di mana darah pendonornya sudah mengandung virus HIV tentunya akan mengakibatkan pasien penerima donor darah akan terinfeksi juga.
Tentu untuk membuat proses ini aman, peranan dari tenaga medis sangat besar, khususnya mereka yang ada di unit donor darah serta pada unit transfusi darah. Sebagai bagian yang menyediakan kantong darah, mereka harus meyakinkan dan meneliti betul-betul bahwa darah yang hendak didonorkan bebas dari virus apapun, termasuk virus HIV.
  1. Jarum Suntik
Selain dari media tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian juga merupakan hal yang sebaiknya dihindari karena dapat menularkan virus HIV dengan mudah. Tak hanya di rumah sakit saja, jarum suntik pun kerap digunakan oleh para pengguna narkoba dan biasanya juga digunakan secara bergantian sehingga tak aman lagi.
Di rumah sakit, jarum suntik, khususnya penggunaan pada unit donor darah perlu diperiksa kesterilannya. Tenaga medis harus bisa menjamin bahwa alat yang mereka gunakan merupakan alat suntik yang steril dan tidak untuk berkali-kali. Jarum suntik yang benar adalah digunakan sekali pakai saja dan seharusnya 1 jarum suntik tidaklah dipergunakan untuk menangani beberapa pasien.
Media jarum suntik sudah terbilang umum dalam menularkan virus HIV dan ini lebih sering terjadi pada para pecandu narkoba yang gemar menggunakan narkoba suntik secara bergantian dengan temannya. Kemampuan bertahan hidup virus HIV pada jarum suntik yang sudah pernah dipakai bisa sampai 42 hari dan ini pun berdasarkan pada suhu serta faktor lain.
Jarum suntik tak hanya bisa ditemukan di rumah sakit atau pada lingkungan pengguna dan pecandu narkoba saja. Jarum serta alat tusuk lainnya yang mampu menembus kulit biasanya juga bisa dijumpai pada tempat-tempat servis tato, tindik serta akupuntur dan masih banyak lagi. Selalu waspadai tempat-tempat ini karena melalui alat-alat tersebut, khususnya yang tidak begitu steril, mampu menularkan virus HIV.
  1. Air Susu Ibu (ASI)
Dari ibu ke anaknya pun penularan HIV AIDS dapat terjadi, terutama kepada anak yang masih bayi. Lewat ASI atau Air Susu Ibu, penularan tersebut berpotensi tinggi untuk terjadi, maka penting untuk menghindari hal ini dengan melakukan skrining pada ibu hamil sebelum melahirkan.
Bahkan sebelum hamil pun, para istri bisa mencoba untuk menempuh metode skrining sebagai salah satu cara mengetahui terkena HIV AIDS. Walau penularan HIV dari ibu ke anak ini adalah kasus yang cukup jarang atau langka, tetap saja ada peluang untuk terjadi dan lebih baik dicegah.
Risiko seperti ini cukup besar terutama ketika sang ibu atau ayah dari si jabang bayi telah terdiagnosa mengidap HIV positif. Calon bayi yang nantinya akan dilahirkan bisa ikut terkena virus ini apabila dari sang ibu dan ayahnya belum mendapatkan penanganan. Penularan semacam ini masih bisa dicegah, jadi sebaiknya lebih mewaspadainya.
Dengan mewaspadai sedari dini dan melalui pemeriksaan skrining pada sang calon ibu, dokter pun bakal mampu membantu memberikan solusi terbaik. Biasanya, tindakan dokter yang paling umum adalah melakukan pemberian metode menyusui dengan benar kepada para calon ibu. Setelah terdeteksi awal, kemungkinan penularan HIV ke bayi dari sang ibu pun bisa tidak terjadi sama sekali.
  1. Proses Persalinan
Penularan HIV AIDS dari ibu ke anak juga bisa terjadi ketika proses persalinan terjadi yang memang juga termasuk cukup langka dan jarang. Pada saat persalinan berlangsung, darah sang ibu serta cairan di dalam rahim atau sekresi maternal mampu menjadikan si bayi terkena kontaminasi saat dilahirkan.
Kalaupun ada beberapa kabar yang menyatakan bahwa penularan virus HIV dapat etrjadi lewat plasenta, hal ini sudah diteliti dan tidak terjadi. Ini karena plasenta tak dapat tertembus oleh HIV sehingga risiko penularan yang diperkirakan mampu terjadi ketika hamil justru tidaklah ada. Kalaupun ada, risiko ini cukup kecil.
Mengetahui sejak dini apakah sang ibu menderita HIV bakal sangat membantu, karena dokter pun bakal melakukan pemberian terapi obat. Obat ARV atau Anti Retro Virus adalah yang biasanya diberikan oleh dokter. Bahkan demi meminimalisir risiko penularan, persalinan yang dilakukan adalah dengan metode caesar.
Dokter akan mengupayakan berbagai cara untuk membuat kontaminasi darah atau cairan yang berasal dari ibu ke area tubuh bayi menjadi minimal. Nyatanya, cara-cara tersebut sangat berhasil dan bahkan menekan potensi penularan HIV secara efektif dan total. Dengan kata lain, kemungkinan penularan pun bisa saja malah tak terjadi alias 0 persen.

Cara Mencegah
"Mencegah lebih baik dari pada mengobati" memang sangat tepat saat membicarakan masalah AIDS sebab sampai saat ini belum juga ditemukan cara perawatan, vaksin, maupun obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh manusia. Oleh karenanya, mencegah penularan HIV merupakan cara yang paling efektif untuk menghindari AIDS. Berikut ini beberapa cara mencegah tertular HIV.
1.      Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat
Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku beresiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.
2.      Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril
Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi, setiap kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan sarung tangan lateks setiap kontak dengan cairan tubuh juga dapat memperkecil peluang penularan HIV.
3.      Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba
Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.
4.      Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV
Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah dapat mencegah penularan HIV. Sebelum transfusi darah berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV untuk memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.
5.      Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil
Meskipun hamil adalah hak setiap wanita, namun bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi dengan dokter.
6.      Khitan atau Sunat Pada Laki-laki
Sunat untuk laki-laki awalnya hanya sebuah kepercayaan dalam agama atau adat. Sunat adalah melepas atau memotong kulit pada kemaluan laki-laki. Hal ini terbukti membawa kesehatan bagi pelakunya bedasarkan pernyataan dari ahli. Hal itu juga sama baiknya untuk mencegah seseorang terkena penyakit HIV, karena membuat ujung kulit pada kemaluan pria tersebut berfungsi agar tidak ada kotoran yang tersisa ketika laki-laki membuang cairan kotor dari kemaluan tersebut yang dapat menjadi bakteri jika dibiarkan dan berpotensi menjadi infeksi virus HIV.
7.      Melakukan Test HIV Pada Diri Sendiri
Lakukan lah test terhadap diri sendiri. Hal ini patut dilakukan agar tidak merugikan orang lain, atau setidaknya tidak menular ke anak anda nantinya, karena dapat dilakukan pencegahan sebelumnya. Ketika anda melakukan terhadap diri sendiri, akan terjadi perubahan perilaku ketika anda mengetahui apakah anda positif atau negatif terhadap HIV. Salah satu perilaku ketika anda negatif mengidap HIV adalah anda akan lebih berhati-hati terhadap kebiasaan anda yang dapat berpotensi terinfeksi virus tersebut.
Semoga bermanfaat  yaa :)

Wasalamu'alaikum Wr. Wb.

Daftar Pustaka :
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perilaku Hidup Sehat dan Pemanfaatan Waktu Luang untuk Kesehatan

Assalamu'alaikum Wr. Wb. A.   Pola Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus diterapkan dalam setiap sisi ...