Assalamu'alaikum Wr Wb.
Saat ini, HIV dan AIDS
adalah hal yang sudah tak asing lagi bagi telinga. Kita pasti sudah sering
mendengar tentang penyakit HIV dan AIDS tersebut. Namun, banyak orang
yang saat ini tidak tahu-menahu perbedaan penyakit HIV dan AIDS, bahkan
menganggap kedua peyakit itu sama saja. Padahal, keduanya adalah penyakit yang
berbeda. Nah, sebelum membahas tentang bahaya penularan dan cara mencegah
terlebih dahulu kita perlu mengetahui beda HIV dengan AIDS, simak ulasannya
berikut ini.
Apa itu HIV ?
HIV
adalah akronim dari Human Immunodefieciency Virus yang awalnya
merupakan virus dari simpanse Afrika Barat lalu kemudian secara bertahap
menyebar ke seluruh dunia. Para ilmuwan sendiri berteori bahwa virus HIV
ini telah ada di Amerika Serikat sejak pertengahan hingga akhir 1970an.
Saat
masuk ke dalam tubuh manusia, virus HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia sehingga akan melemah yang kemudian bisa berdampak pada mudahnya
terserang penyakit. Keadaan sistem kekebalan tubuh lemah dan mudah terserang
berbagai penyakit seperti diare yang terus-menerus, TBC, sakit kulit, dll
itulah yang disebut AIDS.
Ketika
seseorang telah terjangkit HIV, virus tersebut akan tetap hidup selamanya di
tubuh mereka. Sehingga, pertanyaan apakah HIV disembuhkan ingin diketahui
banyak orang. Faktanya, saat ini belum ada penyembuhan dan pengobatan untuk
menyembuhkan virus HIV, namun gejalanya bisa diredam dengan obat-obatan
Apa itu AIDS ?
AIDS adalah akronim dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome. Jika diartikan secara perkata, makaAcquired berarti
“didapat” dalam hal ini bukan dari keturunan, Immune yang berarti sistem
kekebalan tubuh, Deficiency berarti kekurangan, dan Syndrome yang
berarti sindrom penyakit dari kumpulan gejala. Jadi, defenisi dari AIDS sendiri
adalah kumpulan dari berbagai gejala penyakit yang diakibatkan melemahnya
sistem kekebalan tubuh.
Melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia itu sendiri
disebabkan oleh HIV (Human Immunodefieciency Virus)yang telah dijelaskan
sebelumnya di atas, sehingga sudah jelaslah beda HIV dengan AIDS. Seseorang
dapat dikatakan menderita AIDS ketika:
- Sel CD4berada di bawah 200 (jumlah sel CD4 normal adalah antara 500-1600)
- Memiliki satu atau lebih infeksi opportunistik, terlepas dari jumlah sel CD4 mereka
Jadi pada intinya Seseorang
yang menderita AIDS cenderung terinfeksi berbagai penyakit karena sebelumnya
telah terjangkit oleh HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sedangkan
seseorang yang menderita HIV belum tentu ia menderita AIDS jika virus tersebut
segera tertangani.
Cara
Penularan
- Hubungan Seksual Tanpa Pengaman
Penularan atau penyebaran virus HIV
yang terutama dan justru yang paling harus diwaspadai adalah lewat hubungan
intim. Seseorang yang menderita atau sudah terkena infeksi virus HIV lalu
kemudian berhubungan badan dengan pasangannya, maka pasangannya pun akan
berisiko tinggi terkena infeksi virus yang sama.
Penularan virus lewat cairan dari
organ intim sangat berbahaya dan kini kasus-kasus seperti ini angkanya pun
semakin meningkat. Bahkan media ini pun juga dianggap yang paling gampang untuk
menyebarkan virus HIV. Salah satu penyebabnya jelas adalah karena saking
banyaknya tempat-tempat prostitusi baik itu yang sudah terang-terangan atau
tempat yang terselubung.
Ketika penderita infeksi virus HIV
berhubungan intim dengan pasangannya tanpa menggunakan pelindung alias kondom,
risiko pasangan terkena infeksi pun jelas jauh lebih besar. Penularan dari hal
ini tak hanya berpengaruh pada penjaja dan pencari seks, tapi orang-orang yang
sebenarnya tak tahu-menahu atau tidak berdosa pun menjadi ikut getahnya.
Seperti misalnya saja seseorang yang
sudah menikah, lalu ia mencari hiburan ke tempat-tempat prostitusi di mana
kesehatannya tidak terjamin. Tak ada yang menjamin bahwa tempat tersebut bebas
dari virus HIV dan sekalinya terkena infeksi virus, ia dapat menularkannya
kepada sang pasangan resminya. Saat melakukan hubungan dengan pasangan
resminya, otomatis pasangannya bisa ikut tertular.
- Berganti-ganti Pasangan Seksual
Seseorang yang datang ke tempat
prostitusi lebih dari sekali lebih besar risikonya tertular HIV AIDS karena
seringnya berganti-ganti pasangan saat berhubungan intim. Dengan seenaknya
bergonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual, ini bakal memudahkan
pelaku seks untuk terkena virus HIV yang entah berasal dari pasangan yang mana.
Perlu juga untuk diketahui bahwa
penyebaran dan penularan virus HIV tak hanya dapat terjadi lewat hubungan
seksual pasangan berlawanan jenis atau yang disebut juga dengan istilah
heteroseks. Pasangan sesama jenis pun juga bisa mengalami penularan virus ini,
yakni homoseks. Khusus pada pasangan homoseks, penularan mampu terjadi akibat
dari hubungan lewat anus.
Pada pasangan sesama jenis atau
homoseks, proses hubungan intim lewat anus ini bisa menjadi cukup mengancam.
Ini karena pembuluh darah yang ada pada anus diketahui sangat gampang mengalami
pecah atau ruptur. Jadi sewaktu salah satunya sudah terkena infeksi HIV,
otomatis ini akan masuk ke pembuluh darah pasangannya secara lebih mudah.
- Transfusi Darah
Selain dari hubungan seksual dan
gonta-ganti pasangan seksual, tentunya cairan darah adalah cara penularan
berikutnya yang paling umum. Ketika virus HIV dapat masuk ke dalam sistem
pembuluh darah, virus ini bakal mampu berkembang di bagian dalam tubuh manusia.
Transfusi darah adalah contoh dari media penularan yang perlu diwaspadai.
Ketika seseorang sudah terkena
infeksi virus HIV AIDS tapi tidak menyadarinya dan malah berani mendonorkan
darah, ini akan berakibat buruk bagi pasien yang menerima darah dari pendonor
tersebut. Transfusi darah di mana darah pendonornya sudah mengandung virus HIV
tentunya akan mengakibatkan pasien penerima donor darah akan terinfeksi juga.
Tentu untuk membuat proses ini aman,
peranan dari tenaga medis sangat besar, khususnya mereka yang ada di unit donor
darah serta pada unit transfusi darah. Sebagai bagian yang menyediakan kantong darah,
mereka harus meyakinkan dan meneliti betul-betul bahwa darah yang hendak
didonorkan bebas dari virus apapun, termasuk virus HIV.
- Jarum Suntik
Di rumah sakit, jarum suntik,
khususnya penggunaan pada unit donor darah perlu diperiksa kesterilannya.
Tenaga medis harus bisa menjamin bahwa alat yang mereka gunakan merupakan alat
suntik yang steril dan tidak untuk berkali-kali. Jarum suntik yang benar adalah
digunakan sekali pakai saja dan seharusnya 1 jarum suntik tidaklah dipergunakan
untuk menangani beberapa pasien.
Media jarum suntik sudah terbilang
umum dalam menularkan virus HIV dan ini lebih sering terjadi pada para pecandu
narkoba yang gemar menggunakan narkoba suntik secara bergantian dengan
temannya. Kemampuan bertahan hidup virus HIV pada jarum suntik yang sudah
pernah dipakai bisa sampai 42 hari dan ini pun berdasarkan pada suhu serta
faktor lain.
Jarum suntik tak hanya bisa
ditemukan di rumah sakit atau pada lingkungan pengguna dan pecandu narkoba
saja. Jarum serta alat tusuk lainnya yang mampu menembus kulit biasanya juga
bisa dijumpai pada tempat-tempat servis tato, tindik serta akupuntur dan masih
banyak lagi. Selalu waspadai tempat-tempat ini karena melalui alat-alat
tersebut, khususnya yang tidak begitu steril, mampu menularkan virus HIV.
- Air Susu Ibu (ASI)
Dari ibu ke anaknya pun penularan
HIV AIDS dapat terjadi, terutama kepada anak yang masih bayi. Lewat ASI atau
Air Susu Ibu, penularan tersebut berpotensi tinggi untuk terjadi, maka penting
untuk menghindari hal ini dengan melakukan skrining pada ibu hamil sebelum
melahirkan.
Bahkan sebelum hamil pun, para istri
bisa mencoba untuk menempuh metode skrining sebagai salah satu cara
mengetahui terkena HIV AIDS. Walau penularan HIV dari ibu ke anak
ini adalah kasus yang cukup jarang atau langka, tetap saja ada peluang untuk
terjadi dan lebih baik dicegah.
Risiko seperti ini cukup besar
terutama ketika sang ibu atau ayah dari si jabang bayi telah terdiagnosa
mengidap HIV positif. Calon bayi yang nantinya akan dilahirkan bisa ikut
terkena virus ini apabila dari sang ibu dan ayahnya belum mendapatkan
penanganan. Penularan semacam ini masih bisa dicegah, jadi sebaiknya lebih
mewaspadainya.
Dengan mewaspadai sedari dini dan
melalui pemeriksaan skrining pada sang calon ibu, dokter pun bakal mampu
membantu memberikan solusi terbaik. Biasanya, tindakan dokter yang paling umum
adalah melakukan pemberian metode menyusui dengan benar kepada para calon ibu.
Setelah terdeteksi awal, kemungkinan penularan HIV ke bayi dari sang ibu pun
bisa tidak terjadi sama sekali.
- Proses Persalinan
Penularan HIV AIDS dari ibu ke anak
juga bisa terjadi ketika proses persalinan terjadi yang memang juga termasuk
cukup langka dan jarang. Pada saat persalinan berlangsung, darah sang ibu serta
cairan di dalam rahim atau sekresi maternal mampu menjadikan si bayi terkena
kontaminasi saat dilahirkan.
Kalaupun ada beberapa kabar yang
menyatakan bahwa penularan virus HIV dapat etrjadi lewat plasenta, hal ini
sudah diteliti dan tidak terjadi. Ini karena plasenta tak dapat tertembus oleh
HIV sehingga risiko penularan yang diperkirakan mampu terjadi ketika hamil
justru tidaklah ada. Kalaupun ada, risiko ini cukup kecil.
Mengetahui sejak dini apakah sang
ibu menderita HIV bakal sangat membantu, karena dokter pun bakal melakukan
pemberian terapi obat. Obat ARV atau Anti Retro Virus adalah yang biasanya
diberikan oleh dokter. Bahkan demi meminimalisir risiko penularan, persalinan
yang dilakukan adalah dengan metode caesar.
Dokter akan mengupayakan berbagai
cara untuk membuat kontaminasi darah atau cairan yang berasal dari ibu ke area
tubuh bayi menjadi minimal. Nyatanya, cara-cara tersebut sangat berhasil dan
bahkan menekan potensi penularan HIV secara efektif dan total. Dengan kata
lain, kemungkinan penularan pun bisa saja malah tak terjadi alias 0 persen.
Cara
Mencegah
"Mencegah lebih
baik dari pada mengobati" memang sangat tepat saat membicarakan masalah
AIDS sebab sampai saat ini belum juga ditemukan cara perawatan, vaksin, maupun
obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh manusia. Oleh
karenanya, mencegah penularan HIV merupakan cara yang paling efektif untuk
menghindari AIDS. Berikut ini beberapa cara mencegah tertular HIV.
1.
Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat
Sebagian besar penularan HIV terjadi
melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan perilaku
seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV. Misalnya, dengan
tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti pasangan, dan
menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku beresiko tinggi) sewaktu
melakukan aktivitas seksual.
2.
Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang
Steril
Para tenaga medis hendaknya
memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang
digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi,
setiap kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik
yang haru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV melalui jarum
suntik. Selain itu, penggunaan sarung tangan lateks setiap kontak dengan cairan
tubuh juga dapat memperkecil peluang penularan HIV.
3.
Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba
Para pangguna narkoba sangat rentan
tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa
penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih
cepat dibanding perilaku resiko lainnya.
4.
Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap
HIV
Pemeriksaan medis yang ketat pada
setiap transfusi darah dapat mencegah penularan HIV. Sebelum transfusi darah
berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV untuk memastikan
bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.
5.
Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil
Meskipun hamil adalah hak setiap
wanita, namun bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Sebab,
wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang
dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi dengan
dokter.
6. Khitan atau Sunat Pada Laki-laki
Sunat untuk laki-laki
awalnya hanya sebuah kepercayaan dalam agama atau adat. Sunat adalah melepas
atau memotong kulit pada kemaluan laki-laki. Hal ini terbukti membawa kesehatan
bagi pelakunya bedasarkan pernyataan dari ahli. Hal itu juga sama baiknya untuk
mencegah seseorang terkena penyakit HIV, karena membuat ujung kulit pada
kemaluan pria tersebut berfungsi agar tidak ada kotoran yang tersisa ketika
laki-laki membuang cairan kotor dari kemaluan tersebut yang dapat menjadi
bakteri jika dibiarkan dan berpotensi menjadi infeksi virus HIV.
7.
Melakukan Test HIV Pada Diri Sendiri
Lakukan lah test
terhadap diri sendiri. Hal ini patut dilakukan agar tidak merugikan orang lain,
atau setidaknya tidak menular ke anak anda nantinya, karena dapat dilakukan
pencegahan sebelumnya. Ketika anda melakukan terhadap diri sendiri, akan
terjadi perubahan perilaku ketika anda mengetahui apakah anda positif atau
negatif terhadap HIV. Salah satu perilaku ketika anda negatif mengidap HIV
adalah anda akan lebih berhati-hati terhadap kebiasaan anda yang dapat
berpotensi terinfeksi virus tersebut.
Semoga bermanfaat yaa :)
Wasalamu'alaikum Wr. Wb.
Daftar Pustaka :
https://halosehat.com/penyakit/aids/cara-penularan-hivhttp://e-sejati.blogspot.co.id/2012/10/cara-pencegahan-penyakit-hivaids.htmlhttps://dokteraids.com/cara-pencegahan-hiv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar